SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendidikan
Beranda / Pendidikan / SMP YAS Bandung, Sekolah Ramah dengan Program RMP yang Tepat Sasaran

SMP YAS Bandung, Sekolah Ramah dengan Program RMP yang Tepat Sasaran

SMP YAS Kota Bandung RMP 2025
Kepercayaan masyarakat kepada SMP YAS Kota Bandung, semakin meningkat

Bandung – SMP Yayasan Atikan Sunda atau dikenal dengan YAS Bandung memiliki 272 orang siswa RMP (Rawan Melanjutkan Pendidikan) dari total 585 orang siswa. Data tersebut berdasarkan catatan Disimdik saat ini. Sehubungan dengan itu, SMP YAS Kota Bandung telah mendapatkan bantuan RMP dari Pemerintah Kota Bandung periode 2024/2025 yang cair pada tahun ini.

Irwan Tajudin, perwakilan SMP YAS Bandung, menyampaikan bahwa pembagian bantuan RMP di sekolahnya berjalan dengan lancar.

“Alhamdulillah sudah berjalan lancar, pencairannya di 12 Agustus 2025. Kebetulan kami sudah sosialisasikan ke orangtua siswa, khususnya dalam bantuan yang personal pada 27–28 Agustus 2025. Dan personal sudah diserahkan semua ke orangtua siswa,” ungkap Irwan di Jalan KH. Hasan Mustopa No 115, Kelurahan Sukapada, Kecamatan Cibeunying Kidul, Rabu (3/9/2025).

Secara teknis, Irwan dan tim RMP sudah mensosialisasikan bantuan tersebut sesuai arahan Perwal No. 36 Tahun 2025. Dalam aturan itu disebutkan, orangtua wajib membelanjakan uang bantuan untuk perlengkapan sekolah anak, dengan bukti nota, bon, maupun kwitansi. Termasuk pula foto barang yang dibeli, untuk kemudian diserahkan kembali ke sekolah.

Adapun perlengkapan sekolah yang harus dibeli meliputi seragam, alat tulis, dan yang terbaru adalah tumbler. Alat makan dan minum kini diperbolehkan masuk kategori kebutuhan sekolah.

Kiki Rachmat Nugraha Wakasek Kesiswaan, Terkejut Ditunjuk Menjadi Plt Kepala SMKN 5 Bandung

Irwan Tajudin

Sementara itu, bantuan operasional masih dalam tahap pendataan. Bantuan tersebut digunakan untuk sarana dan prasarana, khususnya perbaikan ruang kelas, pemeliharaan ruang kelas, taman, dan sebagainya.

Berbeda dengan pemeliharaan taman yang cenderung lebih dominan dibiayai menggunakan dana BOS.

“Kalau menurut saya pribadi, teknis RMP di tahun ini lebih mudah dari yang sebelum-sebelumnya. Tidak terlalu banyak persyaratan atau administrasi yang harus dibuat. Tapi kalau secara garis besar sebetulnya hampir sama dengan tahun kemarin,” kata Irwan.

“Perbedaannya, kalau di tahun kemarin yang harus belanja itu kita dan diserahkan ke orangtua dalam bentuk barang. Sedangkan sekarang kita tinggal membagikan uang, tinggal menunggu laporan kwitansi orangtua, dan sesudahnya tinggal melaporkan ke Dinas,” tambahnya.

Antusias Siswa SMKN 3 Bandung, Program Makan Bergizi Gratis Bikin Jajan Lebih Hemat

Irwan juga menyarankan agar teknis RMP bisa disamakan dengan dana BOS, baik dari segi pelaporan maupun pencairan. Ia berharap pencairan dana 2026 dapat diturunkan sejak Januari.

Suasana di dalam salah satu kelas di SMP YAS Kota Bandung

Namun, dirinya tetap menyesuaikan dengan anggaran APBD yang biasanya turun pada April dan Oktober.

Sebagai pelaksana, Irwan menegaskan komitmennya untuk terus menjalankan amanah sesuai arahan. Ia berharap bantuan ini dapat meringankan beban orang tua siswa yang kesulitan, baik dalam hal pembiayaan maupun kebutuhan lainnya.

Terkait Program

PTUN Jakarta Kabulkan Banding Pemprov Jabar, Gugatan Lyceum Kristen Ditolak

Selain itu, dari sisi program khusus, bendahara mengikuti arahan kepala sekolah untuk menambahkan proyektor di setiap ruang kelas.

“Kebetulan dari BOS kita belum semua ter-cover, dan dari segi pembelanjaan tidak boleh double count. Double count itu misalnya di BOS dan RMP sama-sama ada anggaran untuk proyektor. Mungkin dari RMP kita lebih konsen di pemeliharaannya, dari BOS kita pembelanjaannya,” jelas Irwan.

“Karena kita satu atap dengan SMA YAS, kalau ada yang rusak belum tentu oleh anak-anak kita ataupun dari SMA. Jadi kita bagi dua dengan SMA. Kalau misalnya ada yang sudah tidak layak, kita ganti. Kalau masih bisa diperbaiki, kita perbaiki dengan dana RMP untuk pemeliharaannya,” lanjutnya.

Lingkungan yang asri di SMP YAS Kota Bandung

Selain proyektor, pemeliharaan juga dilakukan pada papan tulis dan CCTV. Untuk CCTV, sekolah masih membutuhkan DVR karena masih terdapat banyak blind spot di beberapa titik. Rencananya, titik-titik tersebut akan dipasang CCTV demi keamanan siswa di lingkungan sekolah.

Menurut Irwan, hal ini merupakan upaya preventif sekolah agar tetap dapat memantau kondisi siswa. CCTV dipasang bukan untuk memata-matai, melainkan memastikan keamanan di area yang tidak terjangkau pengawasan langsung.

Sama seperti proyektor, penambahan unit CCTV menggunakan dana BOS, sementara pemeliharaannya menggunakan dana RMP.

Secara umum, Irwan menekankan pentingnya optimalisasi pelayanan kepada siswa melalui sarpras yang ideal.

“Jangan sampai ada komplain dari siswa tentang ruang kelasnya yang bermasalah dari segi apapun,” tegasnya. (FWP)***

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement